Saat diperhadapkan pada cerita
pendek karya siswa-siswa SMA, beberapa pembaca langsung beranggapan ide cerita dalam cerpen itu tidak jauh dari cinta monyet, galau yang berlarat-larat atau pengkhianatan sahabat. Kumpulan Cerpen Karamaka membantah anggapan itu.
Dalam buku yang menghimpun tiga cerpen guru dan 21 cerpen siswa SMAN 11 Unggulan Pinrang ini, menyajikan ide cerita yang segar dan unik, seperti awan yang menunggu pasangan kawinnya, toko yang menjual gunung dan unsur-unsur alam atau bersatunya jiwa pohon dengan raga manusia. Lebih dari itu, buku setebal 172 halaman ini, sarat dengan unsur-unsur budaya lokal.
Seperti pada cerita berjudul Energi Barong Karamaka, karya Astiwi Safitri, yang mengisahkan tentang sebatang Pohon Asa dan bocah perempuan bernama Bintari. Lahir di bawah dahan Pohon Asa, Bintari mampu berkomunikasi dengan alam dan leluhur di Barong Karamaka-hutan yang dikeramatkan oleh Masyarakat Kajang. Dari kelebihannya itu, ia mampu mengabarkan pada Ammatoa-pimpinan adat Masyarakat Kajang-bahwa ada warga yang menebang pohon di Barong Karamaka. Setelah jiwa Pohon Asa bersatu
dengan raga Bintari, Turiek Akrakna-Tuhan menurut keyakinan adat Ammatoa-menurunkan
hujan gaib. Banjir datang menghanyutkan warga yang menebang pohon itu.
Sedangkan dalam cerpen Awan
Berlangit, Am Hiroko mencoba menerbangkan imajinasi pembaca ke atas awan.
Adalah Awan Timur, bernama Ayame menjadi karakter utama dalam cerita ini. Pada
musim kawin, hanya ia yang belum menemukan pasangan kawinnya: Awan Selatan. Dan
sengsaranya berlanjut hingga musim akhir usianya untuk kawin. Hingga suatu
saat, ia berkenalan dengan sebuah asap bernama Rytzu. Betapa bahagianya Ayame.
Namun, melalui Awan Barat bernama
Kumo, yang juga temannya, Rytzu bisa tahu ternyata dirinya adalah penghancur
Awan Selatan terakhir yang bisa menjadi pasangan kawin Ayame. Sebab Rytzu
adalah asap yang memiliki gas beracun yang keluar dari cerobong.
Saat berterus terang, di luar
perkiraan Rytzu, Ayame memaafkannya dan berkata tak membutuhkan pendamping tapi
butuh sesuatu yang bisa menemaninya. Mengetahui itu, Rytzu gembira karena
terbuka kesempatan untuk mengungkapkan isi hatinya. Namun saat ingin
melakukannya, ayah Ayame datang bersama sebuah awan yang akan menjadi pasangan
Ayame. Awan itu adalah Awan Barat: Kumo.
Sementara pada cerpen Ferramenta
Floresta, Anugrah Astaflous mengisahkan hilangnya Gunung Nijari di toko
Ferramenta Floresta, sebuah toko yang menjual gunung, udara, laut, sungai dan
beberapa unsur alam lainnya. Gunung itu merupakan sumber dari 56 mata air. Dewi
Hutan, pemilik toko, murka. Dua kumbang harus bertanggung jawab. Dewa Matahari
dicurigai.
Dalam pencarian Gunung Nijari,
Dewi Hutan merubah dua kumbang menjadi air bening. Setelah melalui proses panjang,
mereka masuk ke dalam tubuh awan. Namun mereka tak tahu palung bermukim Dewa
Matahari.
Akhirnya Gunung Nijari tak
ditemukan. Mereka menyerah dan menghadap Dewi Hutan. Mereka menyangka akan diubah
jadi gunung tapi Dewi Hutan tak melakukannya.
Sebuah cerita diupayakan mengandung
pesan moral. Tanpa kesan menggurui, cerpen-cerpen dalam buku ini, menganjurkan
agar menjaga lingkungan dan membina hubungan sosial yang erat. Dua pesan moral
yang coba disampaikan oleh siswa-siswa yang belum terkontaminasi kepentingan
kaum serakah.
Bila sebelas siswa yang bercerita dalam buku ini terus mengasah kemampuannya dengan mempelajari banyak teknik bercerita dan membaca banyak buku, maka bisa menjadi pengarang profesional di masa akan datang. Semoga...
Profil Buku:
Judul:
Karamaka
Jenis:
Antologi Cerpen Guru dan Siswa
Ketebalan:
172 halaman
ISBN: 978-602-1621-18-9
0 Response to "Karamaka: Ketika Siswa Tidak Bercerita Tentang Cinta Monyet"
Posting Komentar